Peranan Kebo Iwa dalam Sumpah Amukti Palapa

Peranan Kebo Iwa dalam Sumpah Amukti Palapa
========================================

Pada pertengahan abad 13 Masehi, pada masa ekspansi militer Majapahit ke arah timur Nuswantara, ada Panglima Bedahulu yang dengan gagah menghadang pasukan Gajah Mada dan Arya Damar ke Bali. Mereka beradu kekuatan hingga pihak Majapahit menyadari kekuatan Panglima itu tidak bisa dikalahkan dengan hanya sebuah perang tanding. Panglima perkasa tersebut dikenal dengan nama Kebo Iwa (1324 M-1343 M).

Mengingat Bedahulu sulit ditaklukkan karena adanya perlawanan sengit dari Kebo Iwa dan tentaranya, ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi beserta Gajah Mada dan para menterinya sepakat untuk menyingkirkan Kebo Iwa lebih dahulu sebelum menaklukan Bedahulu.

Sebagai langkah awal siasat, Ratu Wilwatikta mengutus Gajah Mada pergi ke Bedahulu untuk melakukan perdamaian. Tipu muslihat tersebut dilakukan menyampaikan surat permohonan damai dan diplomasi kenegaraan yang dibawa oleh Gajah Mada.

Sesampainya di Sukawati, Gianyar, Bali. Gajah Mada dijemput oleh Kipasung Grigis. Pesan kepada Prabu Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten (Raja Bedahulu) diterima dengan baik. Tidak berapa lama kemudian umbul-umbul Merah-Putih mulai tertancap di Bali.

Hingga beberapa pekan suasana menjadi lebih tenang dan tidak ada pertempuran apapun. Beberapa saat kemudian Kebo Iwa di undang ke Jawa untuk membantu mengatasi kekeringan yang melanda bumi Majapahit. Karena suasana sudah kondusif, Kebo Iwa memutuskan berangkat dengan dijemput oleh Gajah Mada bersama beberapa prajurit.

Sesampainya di Majapahit, Kebo Iwa diminta memamerkan kesaktiannya kepada rakyat Majapahit sekaligus membantu menemukan sumber mata air. Dengan sukarela, Kebo Iwa menggali tanah dengan tenaga dalamnya, dan tidak berapa lama sudah tercipta lubang sumur yang sangat dalam. Melihat Kebo Iwa yang masih berada dalam sumur yang dalam, Gajah Mada bersama prajuritnya segera menimbun lubang tersebut, mengubur Kebo Iwa hidup-hidup, sesuai dengan rencana yang telah disepakati bersama.

Skenario tampak berjalan mulus walaupun Gajah Mada menyesalkan kejadian itu. Sosok seperkasa kebo Iwa yang konon pernah mengukir batu dengan kuku tangannya di Bali harus berakhir tragis seperti itu. Tidak ksatria jika pertarungan dimenangkan dengan cara seperti itu, tetapi akan lebih buruk lagi jika sumpah Amukti Palapa harus terganjal oleh sebuah kerajaan yang tidak mau tunduk.

Penyesalan Gajah Mada terhenti karena bumi mendadak bergetar hebat dan tanah berhamburan dari timbunan lubang itu. Sosok Kebo Iwa dengan gagahnya muncul dari bawah timbunan menantang Gajah Mada dan pasukannya.

Pertarungan tidak terelakkan lagi. Gajah Mada perang tanding melawan Kebo Iwa, dan para prajurit juga perang melawan pasukan musuh. Pertempuran berlangsung cukup lama dan memakan banyak korban. Gemuruh bumi bagaikan dihentak ratusan kerbau dan gajah.

Dalam perang tanding itu, Kebo Iwa mulai menyadari bahwa Sumpah Amukti Palapa adalah niat yang baik untuk menyatukan Nusantara. Pikirannya melayang ke masa depan melihat Nusantara yang bersatu dan dimana-mana berkibar umbul-umbul Merah-Putih.

Akhirnya Kebo Iwa mencari solusi permasalahan itu. Dia siap mengorbankan dirinya demi persatuan Nusantara. Diam2 Kebo Iwa memberitahukan kelemahan ilmunya kepada Gajah Mada, yaitu dengan menyiramkan kapur di tubuhnya. Ketika pesan itu sampai, Gajah Mada segera memerintahkan prajuritnya untuk mencari beberapa genggam kapur. Tidak berapa lama kemudian Kebo Iwa bisa dikalahkan oleh Gajah Mada.

Gajah Mada terharu mengetahui pengorbanan Kebo Iwa yang sedemikian besar. Gajah Mada berjanji akan menjaga keutuhan Bali dan Nusantara sampai akhir hayatnya. Kematian Kebo Iwa adalah awal dari persatuan Nusantara. Kebo Iwa telah menumbalkan dirinya untuk Sumpah Amukti Palapa.

Disadur dan ditulis ulang dari beberapa sumber.


Comments:
Achill IsDead : Biasa.nya yg doyan begini mas Bustanus Salatin
😀
Ariyanto Ari : Wah pelajaran sejarah tahun 80-90 ini hehehe
Lambang Mahardhika : Beberapa bulan ke depan akan ketemu dengan yang beginian.
Lambang Mahardhika : Semua presiden RI adalah keturunan Trah Giri Kedaton, yang asalnya dari Majapahit, dan Majapahit adalah turunan dari Singosari. Ada benang merah yang sering terlewatkan oleh publik. Ditarik ke atas lagi, nanti akan ketemu permusuhan turun temurun lintas generasi dan lintas peradaban.
Luqman Nulhakim : Coba klu masih hidup ajak MMA aja...gkgk
Nur Zai : ceritanya dilanjutkan om.
AziEz El Semar :
Ainur Rasuli : Kerennnn 👍
Erni Gurnika : Kenapa ya saya merasa status2 pak lambang di grup ini sama di akunny seperti status 2 yang dibuat oleh orang yang berbeda. Terlebih status statusnya tentang ahok
Lambang Mahardhika : Ada porsinya masing2. Yang di sini lebih kearah berbagi informasi, yang di wall lebih ke arah berbagi opini. Kalau lihat saya di group yang lain (rahasia dan bukan pakai akun saya yang ini), akan muncul persepsi yang berbeda lagi. Kadang jadi dukun, kadang jadi healers, kadang jadi manusia nggilani. Semua peran mesti dicoba. :v :D
Erni Gurnika : Kenapa? Bapak punya alter ego? Atau sekadar kesenangan belaka? Saya penasaran...
Lambang Mahardhika : Basisnya adalah etika. Apakah etis saya menuliskan opini di group ini? Kalau wall, itu ranah pribadi saya. Ngga perlu menuduh saya punya alter ego, anda terlalu judgemental.
Erni Gurnika : Saya nggak nuduh itu (tanda tanya). Aneh saja,,, karena bahasa anda cukup keras di wall anda. Spt orang lain saja
Lambang Mahardhika : Kalau anda pro Ahok, anda tentu akan melihat post saya dengan kacamata itu. Tetapi kalau anda anti Ahok, tidak ada masalah di sana. Preferensi anda yang membuat anda menjadi tidak fair dalam menilai sebuah fenomena.
Erni Gurnika : Pro? Haha, saya nggak peduli tentangnya
Lambang Mahardhika : Ada orang2 yang suka sepakbola, lalu mereka mendukung salah satu team yang sedang bermain. Apakah tidak boleh ada yang mendukung team lawannya?
Lambang Mahardhika : Apalagi kalau hanya menjadi penonton sepakbola yang tidak memihak kemana-mana, lalu menyalahkan orang yang memihak salah satu team. :D
Erni Gurnika : Saya nggak peduli. Serius.
Okay, mungkin ini bukan bagian saya buat bilang gini, tapi ketika anda mulai menulis tentang ahok, negatif tentangnya, dengan cara anda menyampaikannya, itu membuat sesuatu yang spesial dari anda hilang. Spesial seperti apa itu saya juga nggak tahu. Tapi ada, dan tiba tiba hilang ketika anda mulai menulis hal hal negatif tentang ahok
Lambang Mahardhika : Kalau mau lebih jelas apa alasan saya menulis berbagai hal tentang Jokowi (jaman dulu) dan Ahok, mungkin karena ada hal2 yang saya tahu tetapi tidak anda ketahui sehingga anda hanya bisa berasumsi bahwa saya hanyalah membuat tuduhan ngawur.
Lambang Mahardhika : Ini jawaban saya kepada orang yang pernah menanyakan hal yang sama dengan yang anda tanyakan:

--------------------

Ada saat2 dimana kita perlu netral, dan ada juga saat2 dimana kita perlu memihak yang kita anggap benar agar keseimbangan alam dapat tetap terjaga.

Jika di sekitar anda sudah mulai penuh sampah, apakah anda cukup hanya berdiam diri dan tidak berminat untuk membersihkannya? :)

Dalam agama Islampun juga diajarkan seperti itu. Tahap awal adalah diam dan berdoa. Tetapi jika sudah melampaui batas, maka ada panggilan jihad yang perlu dilakukan.

--------------------

Sebetulnya, mau kita diam netral ataupun melakukan berbagai macam aksi, hasilnya tetap akan sama saja karena semua hal sudah tertulis di Lauhul Mahfudz.

Tetapi, karena kehidupan di bumi ini bertujuan sebagai saringan untuk membedakan apakah kita termasuk orang2 yang haq, bukan orang yang bathil, tidak ada salahnya jika kita ambil setiap peluang yang bisa menambah deretan amal dan ibadah kita.

--------------------

Mungkin akan tanya lagi, kenapa saya ambil peluang seperti yang saya lakukan sekarang ini, koq bukan peluang berdoa dan ngaji di masjid semalam suntuk?

Karena yang saya lakukan bisa memberikan dua kepuasan secara berbarengan. Satu kepuasan karena telah melakukan amar makruf nahi munkar. Satu kepuasan lagi karena bisa "nabokin" orang2 yang suka ngablak sembarangan di luaran sana sambil membagikan sedikit kecerdasan baru kepada mereka. :D
Erni Gurnika : Ngawur atau enggak tetep aja, cara penyampaian anda itu membuat anda turun kelas. Maaf sekedar opini. Selamat pagi
Lambang Mahardhika : Ya sudah. Mau turun kelas atau naik kelas, bukan itu target kehidupan saya, karena itu hanyalah target duniawi.

Kalau mau keluar dari group ini juga silahkan, toh sudah tidak sekelas dengan level anda. :D

Selamat pagi.
Lambang Mahardhika : Referensi tambahan untuk pembaca diskusi beberapa baris komen di atas. :D
Ariyanto Ari :
Ariyanto Ari : kalau saya menilai, mas/mbk nisa salah tempat unt bertanya ttg ahok.
kalau ngebahas ahok mending jgn di forum KFSM tp di wall pribadi mas Lambang Mahardhika
kedua pernyataan anda jg betolak belakang.. katanya tak perduli dgn ahok tp di wall sdiri memuja2..
tidak konsisten..
jadi perlu ralat bener2..
maaf nimbrung
Lambang Mahardhika : Mungkin karena terburu-buru menilai orang lain padahal belum sempat berkaca.
Ariyanto Ari : hehehehe... jebakan batmen dong
Normansyah Normansyah : ngapain juga bikin kelas kelasan. Enak juga bikin Kopi Sis, kita bisa ngopi bareng.
Lambang Mahardhika : Kalau mahasiswa biasanya masih pakai kelas atau tingkat, beda dengan alumni. :D :p
Erni Gurnika : Menurutku kata memuja muja itu terlalu berlebihan. Memuja muja pasti dilakukan secara berkali kali atau minimal 2 /3 kali. Jadi itu kurang tepat klo dibilang memuja muja. Kata memuja muja juga hampir mirip konotasi negatifnya dengan pecandu. Klo misal satu malam saya kedinginan trus kebetulan ada bir lalu saya meminumnya sekadar buat ngangetin badan, apa bisa dibilang saya pecandu bir??
Ariyanto Ari : hehehe tp menurut saya ttp salah mas/mbk Erni Gurnika.
bukan ranah atau tempatnya menanyakan mengenai ahok di forum KFSM.
krn saya dulu pernah jg di tegur... krn emang ini bukan wilayahnya
disini kt belajar bersma2, menerima saran, berbesar hati dan menahan ego.
ini forum emang miliknya mas Lambang Mahardhika.. jd hak beliau menentukan apapun yg terjadi di sini.
kalau mau bertanya ttg personal lebih baik di wall beliau aja hehehe
salam mas
Lambang Mahardhika : Biar ybs belajar diam dulu. Ngga punya kontribusi apapun di group ini tapi protesnya paling kenceng. :)

Ngga bisa diem ya dikeluarkan dari group.
Normansyah Normansyah : Sis Erni, tu dah dapt masukan dr Mas Ari.
Ko jadi lebayyyy gitu....!!!

Jagn minum Bir, kita Ngopi ja, amaaann.
Lambang Mahardhika : Dia itu tidak bisa membedakan mana tuduhan dan mana pertanyaan.

Menurut dia kalimat "Apakah anda punya alter ego?" adalah sebuah pertanyaan, bukan bulian, ejekan atau sindiran. Mungkin dia masih perlu belajar bagaimana menerapkan etika dalam berbahasa. ☺
Lambang Mahardhika : Mestinya saya cukup menjawab dengan sopan, "Apakah anda gila? Maaf ini hanya sekedar bertanya." 😂😂
Angger Waras : Apa hubungannya Kebo Iya dgn Ahok siy Mas Lambang? Ini saya yang oon atau...? Hahaha....
Lambang Mahardhika : Ada hubungannya mas, tapi baru bisa dibuktikan nanti tahun 2018. :D
Angger Waras :

==== Sumber

0 Response to "Peranan Kebo Iwa dalam Sumpah Amukti Palapa"

Post a Comment