Agama Lokal dan Agama Impor

Agama Lokal dan Agama Impor
===========================

Sekarang sedang marak berbagai klaim tentang agama lokal dan agama impor, dimana agama impor yang paling banyak dimusuhi adalah Islam.

Yang disebut agama lokal, tentunya agama yang berasal dari kawasan itu sendiri. Nabinya dari situ, kitabnya dari situ, dan penganutnya juga bermula dari situ.

Yang disebut agama impor, adalah agama yang berasal dari kawasan luar. Bisa luar wilayah, bisa juga luar negeri, ataupun luar planet. :D Karena klaimnya adalah tentang Indonesia, bisa dipastikan yang disebut agama impor adalah agama yang berasal dari luar Indonesia ataupun dari luar planet. Yang disebut agama impor adalah agama Hindu, Buddha, Kristen dan Islam, plus beberapa agama kecil2 lainnya.

Sekarang mari kita telusuri yang mana yang disebut dengan agama lokal itu. Yang bisa disebut agama asli lokalan adalah semacam yang berbasis animisme, tidak mengenal kata Tuhan, Allah ataupun Gusti Allah. Dalam perkembangannya, banyak agama lokalan animisme itu yang telah bersinkretisasi (bercampur) dengan ajaran Hindu, Buddha dan Islam.

Kita mulai dari ajaran Kejawen, yang sering diklaim sebagai agama lokal dan populasinya cukup besar, mungkin ada 10-15 juta penganutnya. Kejawen itu sendiri adalah hasil sinkretisasi Hindu / Buddha dengan Islam, makanya dalam ritual kejawen digunakan kembang tujuh rupa, teh manis teh pahit, kopi manis kopi pahit, kendhil, siwur dan berbagai peralatan masak lainnya, termasuk juga penggunaan kalimat "Gusti Allah", "Gusti Pangeran", "Kanjeng Nabi" dan lain2. TIdak semua ajaran Kejawen mengakui "Kanjeng Nabi" (maksudnya Nabi Muhammad), karena mereka juga punya nabi versi lokalan (ascending masternya) yang biasanya adalah penemu ajaran atau pendiri kelompok aliran itu.

Ada banyak cabang dari ajaran Kejawen itu, diantaranya yang pengikutnya cukup besar adalah Padepokan Cakrakembang, Sumarah Purbo, Budi Dharma dan Maneges .
Selain dari Kejawen, ada banyak ajaran berbasis animisme seperti Sunda Wiwitan (Baduy, Jawa Barat dan sekitarnya). Ada juga Dayak Kendayan di propinsi Kalbar dengan perkiraan sekitar 7 juta penganutnya. Ada juga yang di wilayah Bauzi (Papua), Buru, Toraja,Pulau Sumba (agama Marapu). Total semua agama lokalan diperkirakan populasi penganutnya tidak sampai 20 juta orang.

Kalau sekarang banyak yang membuat klaim dan mendukung agama lokalan, sebetulnya agama lokalan mana yang mereka dukung?

Perlu dipertanyakan kembali kepada mereka2 yang membuat klaim "Dukung agama lokal, buang agama impor", sebetulnya agama lokalan mana yang kalian dukung? Apakah Kejawen? Lha itu bahan bakunya ya impor juga koq. Wayang Mahabarata / Ramayana itu darimana asalnya. Yang asli lokalan hanya para punokawannya, Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Apa kemudian perlu kita demo dan pasang spanduk "Ayo kita dukung Gareng Petruk dan usir Batman Superman!" :D

Pada dasarnya, semua ajaran agama atau kepercayaan itu tujuannya baik, yaitu membuat agar manusia menjadi sabar, membantu sesama, tidak saling bermusuhan, melindungi alam, dan mengabdi ke Tuhan yang menciptakannya.

Ego berbasis SARA yang telah membuat sebagian manusia berlomba-lomba mengunggulkan kelompoknya. Ingat bahwa "A" terakhir dalam kata "SARA" artinya adalah "Antar kelompok". Anda mendukung salah satu partai atau salah satu kesebelasan dan menghina yang lain sudah termasuk dalam SARA itu tadi. Termasuk juga yang menghina kaum jomblo. :D

Tidak perlulah kita membuat pembagian baru lagi tentang agama impor ataupun agama lokal, karena pada dasarnya yang ajaran asli lokalan juga tidak banyak populasinya. Kalau ego semacam ini lalu dilawan lagi dengan ego yang sama, kapan mau selesainya. Apakah sejarah peperangan di jaman kerajaan Nusantara dulu ingin diulangi lagi?

Untuk yang mau menambahkan informasi, silahkan.
Untuk yang mau ngetrol atau denial, lebih baik anda buat post sendiri, jangan cari enaknya saja sekedar lempar opini satu dua kalimat. Buktikan bahwa anda juga punya kontribusi bermutu untuk group ini. :D


Comments:
Lambang Mahardhika : Iya betul, yang suka mengritik orang2 yang SARA sebetulnya sudah membuat kelompok sendiri bernama kelompok "Anti SARA dan paling bener sejagad".

Kalau saya memang asli suka SARA, kalau ada yang menghina Islam pasti akan saya unfriend atau block. Atau gantian saya maki2... :D
Lambang Mahardhika : :D
Angger Waras : Mohon ijin ngetrol & denial aaah...ya Mas Lambang heee...maaf2 sebelumnya.
Kalau dilihat salah 1 sisi yang bersikap nyinyirin agama impor (seperti yang ditulis mas Lambang) mungkin pihak2 yang cuma memanfaatkan, klaim & adu domba.
Tapi sisi lain jika berkenan sedikit fair, sejak proklamasi Indonesia 1945 kan cuma 5 agama yang diakui, lalu setelah merdeka mak jegagig Konghuchu bisa dinaikkan levelnya mjd agama.
Saya yakin penganut agama2 lokal byk yang bijak & menghormati agama2 impor dsb sbg saudara (toh buktinya eksistensinya di indonesia)
Mungkin & apa salahnya mencermati sisi yang lain,"jika kita bersimpati siapa tahu agama2 lokal diakui negara (naik level seperti Kong huchu) dlm waktu dekat.
Mungkin juga agama2 lokal ada yang sdg mencari kemurniannya (melepas sinkretisasi) & "mungkin animisme secara konotasi sebenarnya tdk ada". Nuwun Mas Lambang.
Lambang Mahardhika : Iya bener mas, Khong Hu Chu sekarang termasuk agama yang diakui di Indonesia. Mengenai adanya "agama lokalan" lain yang ingin diakui juga, tidak ada salahnya mereka mulai menyusun rencana pendaftaran itu. Minimal tentukan dulu siapa nabinya, lalu apa kitab sucinya dan seterusnya.

Yang saya lihat, dari Kejawen saja banyak sekali "ascending master" yang "disembah", berbeda dari satu aliran ke aliran lainnya. Kitabnyapun juga banyak, ada yang berupa Primbon, Jangka atau Serat. Ini tampaknya yang perlu dibenahi dulu sebelum mengajukan pendaftaran sebagai agama resmi.
Lambang Mahardhika : Salah satu catatan yang penting, jika ajaran Kejawen masih menggunakan wayang sebagai sumber referensi dan media dakwahnya, khususnya pembicaraan antara Krishna dan Arjuna di padang Kurusetra, yang ini di India disebut sebagai Bhagavad Gita, saya pikir mereka tidak akan bisa lepas dari sinkretisasi ajaran Hindu dan tidak bisa membuat klaim sebagai ajaran lokal.
Ain Candra : Apa bedanya tuhan raja dan tuhan rakyat pak? Kyaknya kurang tajam hehehe
Ppen : Beberapa dr pengikut Sunda Wiwitan juga saya liat suka nyinyir aja sama hukum atau keterangan Islam ya...
Teman saya setelah masuk kesana jadi angkuh sekali, padahal keluarga nya masih menganut Islam tp tetap aja sering nyinyir sm Islam dan saya liat ternyata memang hampir semua pengikutnya seperti itu
Bejo Animisme Dinamisme : Hehehe
Bejo Animisme Dinamisme : Kalau pingin tahu ajaran jowo sejati,jangan ikuti kejawen.
Justru kejawen yang membikin bingung.
Mencampur adukan ajaran lokal dan luar.
Anida Roswitasari : Nyimak
Rahula Hangga N : Jadi org Jawa yg kejawen itu susah. Karena tiap melakukan sesuatu ada banyak hal yg perlu diperhatikan sebab-akibatnya. Makanya skrg kejawen tradisional itu banyak yg meninggalkan karena sudah tidak praktis. Yg survive di masyarakat skrg ya org2 dengan kultur post-kejawen'
Ridwan Fadillah : Kira"agama tu mau di akui atw tdk di akui kira"bs hlang ap tdk ea kpercayaanya.........apkah agama tu sbnernya sbatas status di KTP atw di AKTE sja atw sebatas cuma pengakuan mnusia lainya........belajar dri firman Tuhan yg ad di alam biji padi akn tumbuh baik dari dalam kotoran yg di aggap buruk,hina,menjijikan bhkan najis .......padahal padi tu hanya alat / sarana tuk menyampaikan isi kandungan dri kotoran tu sndri yg tdk bsa di cerna n di terima sbgai suatu yg baik........lalu trjdilah proses filtrasi antara baik n buruk n smua tu btuh alat untuk menampungnya ...........baru bisa di pahami akn manfaat yg trkandung di dlmnya yg tdk mnngkin bisa di pahami tanpa ilmu perkotoran/ perkletongan bagi kotoran sapi........hehehe

==== Sumber

0 Response to "Agama Lokal dan Agama Impor"

Post a Comment